Senin, 06 Januari 2020

Cinta Kasih

Cinta Kasih

Pengertian Cinta Kasih
Cinta adalah makna yang tersirat dalam hati, sedangkan kasih makna yang tersurat dalam perbuatan, karena kasih lebih memiliki arti rasa belas kasihan dan rasa ingin melindungi. Dengan adanya kasih cintapun semakin sempurna. Karena kata cinta dan kasih tidak bisa dipisahkan. Rasa saling membutuhkan, rasa saling memiliki, dan rasa saling mengasihi. Semuanya ada pada diri manusia yang memiliki rasa cinta dan kasih. Cinta kasih adalah perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. Dengan denikian dua kata cinta dan kasih memiliki arti tersendiri. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih bersumber dari cinta yang mendalam.
Empat unsur cinta
  1. Perhatian (care)
  2. Tanggung jawab (responsibility)
  3. Rasa hormat (Respect)
  4. Pengetahuan (Knowledge)

3 UNSUR DALAM SEGITIGA CINTA
  1. Intimasi. Intimasi adalah aspek emosi dari cinta. Intimasi pada awal hubungan tumbuh dengan baik, tapi kalau tidak dirawat bisa menurun ke titik nol. Bila relasi dan komunikasi tidak bertumbuh dengan baik intimasi menjadi mati.
  2. Passion atau gairah. Ini adalah sisi motivasi dari segitiga cinta itu. Sisi gairah ini punya peranan penting bagi perkembangan fisiologis dan keinginan yang kuat untuk bersatu dengan yang dicintai. Pada mulanya passion bertumbuh cepat dan sangat kuat, sampai tidak lama kemudian passion ini jadi kebiasaan. Passion punya segi motivasi yang berkekuatan positif. Inilah yang memikat anda kepada seseorang. Ini cepat berkembang dan bisa juga cepat mati. Sisi negatifnya adalah jika hubungan sudah saling menyakitkan maka daya tarik tadi lama kelamaan memudar.
  3. Sisi komitmen. Ini merupakan sisi kognitif dari cinta. Komitmen adalah tekad untuk memelihara cinta. Komitmen ini bertumbuh mulai dari taraf nol saat pertama kali bertemu dengan yang dicintai, dan bertumbuh ketika semakin saling mengenal satu dengan lainnya. Kuncinya saling mengenal dan menghargai. Bila relasi melemah maka komitmen juga cenderung melemah.

Cinta Menurut Ajaran Agama
Setiap agama yang di yakini oleh setiap umatnya pastinya mengajarkan cinta sesuai dengan ketentuan dan syariat yang berlaku. Rasa cinta kepada sesame tidaklah boleh mencintai lebih dari cinta terhadap Tuhan kita. Mencintai seseorang pun juga tentulah mengingat batas yang di ajarkan, tidaklah boleh melebihi batas yang ada tanpa di landasi dengan adanya sebuah pernikahan.
Tuhan menciptakan agama guna menuntun umatnya untuk lebih terarah dalam mempergunakan rasa cintanya.Tuhan menganugerahi umatnya dgn cinta, agar umatnya bebas menentukan agama yg sesuai dengan kemampuannya.Pada intinya cinta dan agama diciptakan Tuhan agar kehidupan didunia tertata apik oleh manusia sebagai penghuninya.

Bentuk-Bentuk Cinta
  1. Kasih Sayang, Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
  2. Kemesraan, Diambil dari kata “mesra” yang berarti ada perasaan simpati yang akrab, yang dijalin adanya hubungan antara pria dengan wanita, suami dengan istri. Tertanam adanya perwujudan kasih yang mendalam. Mampu mendorong adamya kreativitas, misalnya dalam bidang seni.
  3. Belas Kasihan, Belas Kasihan merupakan suatu perasaan iba atau tidak tega apabila melihat orang lain terkena musibah, maka kita dapat memberikan pertolongan semampu yang kita bisa kepada orang tersebut dengan tulus dan ikhlas tanpa meminta balas budi.
  4. Pemujaan, Pemujaan adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi.


Cerpen: The Other Kid


The Other Kid
Oleh Andika N R
“Prang” terdengar suara pecahan kaca terjatuh ke lantai, aku terbangun dari tidurku dan segera berjalan ke arah suara pecahan kaca. Setiap langkahku ditemani dengan suara decitan lantai kayu yang terdengar seperti rumah tua “krak, krak” suara decitan itu mulai menhilang saat aku menuruni tangga, dari arah dapur aku mendengar suara orang tuaku yang sedang bertengkar. Aku merangkak ke arah bawah meja makan dengan perlahan karena aku takut terlihat oleh orang tuaku. Aku hanya bisa melihat mereka dan tidak bisa melakukan apapun. Semakin lama pertengkaran mereka semakin hebat, aku melihat ayahku beberapa kali memukul ibuku hingga berdarah, ibuku hanya bisa menahan pukulan itu dan memohon agar berhenti memukulinya. Ayahku terus memukuli ibuku sampai-sampai dia berteriak minta tolong tapi semakin keras teriakan ibuku maka semakin keras pukulan ayahku. “Aku bilang diam! Atau tidak akan kubunuh kau”. Ibuku merangkak kearah meja makan dan secara tidak sengaja dia melihatku dibawah meja makan itu. Wajahnya yang penuh luka dan darah, kelopak matanya yang membiru akibat pukulan keras, dan matanya yang berkaca-kaca, dia hanya melihatku dengan mata penuh kesedihan dan berkata sesuatu. Aku tidak mendegar perkataan ibuku saat itu tetapi di bibirnya tergambar jelas apa yang dia katakan “Aku mencintaimu” saat itu juga ayahku mengambil sebuah pisau dan menggorok leher ibuku, darahnya terciprat kemana-mana bahkan sampai mengenai wajahku, aku hanya bisa duduk terpaku dan melihat ibuku yang sudah tak bernyawa dengan tatapan kosong.
Setelah kejadian itu, ayahku dihukum mati atas tindakan kejinya lalu aku dibawa ke panti asuhan. Setiap dua bulan sekali ada petugas medis yang memeriksaku, mereka selalu menanyakan siapa namaku dan siapa teman terdekatku. “Siapa namamu?” “Raiyan” “Lalu, apakah kau sudah menemukan teman terdekatmu di panti asuhan ini? Dan siapa namanya?” “Sudah, namanya adalah Rama”. Rama adalah teman terbaikku selama di panti asuhan, dia selalu bermain dan menemaniku semenjak aku berada di panti asuhan. Setelah itu mereka mencatat hasil pemeriksaan dan pergi tanpa meninggalkan kata-kata.
Sudah cukup lama aku tinggal di panti asuhan, dan akhirnya saat aku berumur 15 tahun ada keluarga yang mengadopsiku. “Mereka orang tua baruku?” ucapku, “Ya, mereka adalah keluarga barumu” jawab salah satu pengurus panti asuhan. Mereka menghampiriku dan langsung memelukku, mereka berkata “Kau boleh memangilkan kami ayah dan ibu”. Rumah mereka sangat besar, tetapi terlihat sangat sepi. Saat di panti asuhan, kudengar mereka tidak bisa memiliki anak. Mereka membawaku kedalam dan ibuku menunjukkan dimana letak kamarku “Ini kamarmu Raiyan, jika kamu butuh sesuatu aku ada di dapur” “Da.. dapur?” “Ya, dapurnya ada di sebelah sana”.
Saat malam tiba kami selalu menghabiskan waktu bersama di ruang TV, kami baru beranjak dari tempat itu setelah pukul 10 malam. Entah sudah berapa malam yang kulewati bersama mereka, bersama dan menonton acara TV favorit kami. “Ayo Raiyan waktunya tidur” “Baik ayah”. Saat aku tidur pertama kalinya aku mendengar suara bisikan “Bangun Raiyan, ayahmu akan membunuhmu”. Bisikan itu selalu muncul saat aku tidur tetapi aku menghiraukannya. “Bangun Raiyan, ayahmu akan membunuhmu” Sudah kesekian kalinya aku mendengar bisikan itu saat tidur, “Siapa sebenarnya kau?” ucapku, tidak ada jawaban sama sekali, saat aku kembali memjamkan mataku terdengar bisikan lagi “Aku Rama” “Rama? Sedang apa kau disini?” “Aku merindukanmu” “Besok kita bisa main, sekarang aku ingin tidur”. Esok paginya aku memberitahu orang tuaku, “Ayah Ibu, kemarin malam aku bertemu dengan Rama” “Siapa Rama?” Tanya ayahku “Dia adalah sahabatku saat aku di panti asuhan”, ayah dan ibuku terlihat kebingungan “Nak, yang kami tahu jarak dari sini ke panti asuhan yaitu sekitar 40 km, bagaimana bisa temanmu datang kemari dan mengetahui rumah ini, mungkin kau sedang bermimpi” ucap ayahku “Tidak! Ayah bohong, aku tidak bermimpi, aku bertemu dengannya dan aku tahu itu” aku langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu. “Ada apa Raiyan?” “Ayahku tidak mempercayaiku” “Sudah kubilang bukan kalo ayahmu akan membunuhmu” “Apa maksudmu?” “Kau ingat bukan kejadian yang menimpamu saat kau kecil, jadi aku disini akan melindungimu apapun caranya” “Terimakasih Rama”. Itu adalah kata-kata terakhir Rama sebelum ayahku meninggal karena dibunuh oleh seseorang.
Polisi menduga bahwa ayahku dibunuh oleh seorang perampok. Ibuku hanya bisa menangis, lalu dia menghampiriku dan memelukku. Sejak kejadian itu rumah terasa kosong, hampir setiap waktu ibuku menghabiskan waktunya di kamar dan mengurung dirinya sendiri, pekerjaan rumah pun sudah digantikan oleh pembantu. “Raiyan ada apa? Kau terlihat murung” “Sedang apa kau disini? Bukannya kau harus kembali ke panti asuhan” “Tidak usah dipikirkan, aku sudah memutuskan kabur dari panti asuhan, dan kehadiranku ada untukmu. Jadi, apa yang terjadi?” “Ayahku mati dibunuh oleh pencuri” “Pencuri? Bukan pencuri yang membunuhnya, aku yang membunuhnya” “APA? APA MAKSUDMU?” “Sudah jelas bukan, untuk melindungimu” “Apa? Melindungiku dari apa? Aku tidak mengerti apa tujuanmu, yang jelas sekarang aku membencimu dan jangan pernah datang kesini lagi, AKU TIDAK MEMBUTUHKANMU LAGI!” “Baiklah aku mengerti, tapi kau harus tahu, takdirmu adalah bersam…” tiba-tiba saja ibuku membuka pintu kamarku “Raiyan, apa maksudmu? Dengan siapa kau bicara?” “Ibu! Rama adalah pembunuh…” Aku berkata demikian sembari menunjuk posisi duduk Rama sebelumnya “Apa?! Dimana rama? Tadi dia disini’ “Sudah cukup bercandanya! Aku sudah mendengarnya! Kaulah yang membunuh dia!” Ibu mendorongku lalu mencekikku “I.. Ib.. Ibu aku ti.. tidak.. membunuh ayah” “Jangan sebut dia ayah! Dasar kau anak sialan!” aku membenturkan kepalaku ke kepala ibu lalu aku mendorongnya hingga tersungkur, tiba-tiba saja Rama datang dan mengambil gunting yang letaknya di meja belajarku, lalu dia menusuk ibuku berkali-kali dengan gunting yang ditangannya. Darahnya mengalir di lantai, bajunya yang berwarna putih sudah berganti menjadi merah. “Raiyan, ingat ini, takdirmu adalah takdirku dan takdirku adalah takdirmu” itu yang Rama ucapkan sebelum dia pergi. Tiba-tiba saja pembantu rumahku datang dengan dua orang polisi, melihatku yang sedang memegang gunting dengan tangan berlumuran darah.